Senin, 08 November 2010

CV

Gania Astried Chaeranny

DATA PRIBADI

Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 10 Februari 1990
Jenis kelamin
: Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. N, no.9 rt 14/rw 06

Jakarta Selatan 12540
Telepon : (021) 70620894, 08567630567
e-mail : gania_ug@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it

BIDANG KEAHLIAN

ACCOUNTING

PENGALAMAN KERJA

  • Asisten Lab. Akuntansi Menengah Universitas Gunadarma
  • Magang di Bank Rakyat Indonesia

PENDIDIKAN

2007–2011 UNIVERSITAS GUNADARMA
Sarjana Ekonomi, jurusan Akuntansi, lulus tahun 2011 dengan IPK 3.32.

KURSUS DAN PELATIHAN

2010 Kewirausahaan

HOBY

Travelling, olah raga, membaca, internet.

langkah-langkah untuk menjadi akuntan

Dibutuhkan banyak kerja keras dan disiplin untuk menjadi seorang akuntan. Jika Anda memutuskan bahwa Anda ingin mengejar karir sebagai akuntan maka Anda akan perlu mengambil langkah-langkah yang mengalir untuk mencapai tujuan Anda. Berikut adalah langkah-langkah berikut:

o Jujurlah dengan diri Anda sendiri-jika Anda tidak unggul di matematika maka akan sulit untuk menjadi seorang akuntan.Jika Anda memiliki kemampuan matematika yang memadai maka Anda mungkin ingin menyewa seorang guru les untuk meningkatkan kemampuan matematika Anda secara keseluruhan. keterampilan Matematika adalah dasar menjadi seorang akuntan yang baik, jika Anda tidak memiliki dasar yang kuat maka anda tidak akan memiliki karir akuntansi yang kuat.
o Meningkatkan perhatian Anda untuk akuntan-detail yang baik perlu memperhatikan perbedaan dengan angka dan memperbaikinya.
o Pembelian perangkat lunak-banyak menggunakan perangkat lunak akuntansi untuk membuat proses akuntansi lebih efisien dan menyeluruh. Anda akan perlu untuk membiasakan diri dengan paket perangkat lunak yang berbeda sehingga Anda dapat memiliki lebih banyak peluang kerja.
o Terapkan untuk perguruan tinggi baik di kampus atau online-Anda harus memiliki setidaknya Gelar Bachelor di akuntansi untuk dipekerjakan sebagai akuntan oleh majikan apapun. Anda perlu memastikan bahwa perguruan tinggi yang Anda pilih telah terakreditasi program akuntansi. Anda harus berdedikasi dan bekerja keras di kelas kuliah.
o Dapatkan pekerjaan di bidang akuntansi-saat Anda menghadiri kelas kuliah Anda, Anda mungkin ingin mencoba dan mendapatkan pekerjaan entry level akuntansi untuk melihat apakah Anda suka akuntansi.
o Cari tahu apa kualifikasi dan persyaratan pendidikan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang akuntan di negara-negara Anda setiap berbeda pada kualifikasi yang diperlukan mereka dibutuhkan untuk menjadi seorang akuntan.
o Ambil ujian CPA-ujian ini akan membantu Anda mendapatkan sertifikat BPA Anda. Kebanyakan majikan lebih suka merekrut karyawan yang memiliki sertifikasi CPA.

Sebelum anda menghabiskan banyak uang untuk buku kuliah dan teks yang Anda perlu tahu apakah menjadi akuntan adalah apa yang Anda inginkan. Menginvestasikan waktu dan uang Anda dalam mencoba mencapai gelar yang Anda tidak akan pernah menggunakan bisa sangat mahal.

Jika anda serius tentang menjadi seorang akuntan maka Anda perlu untuk menghabiskan banyak waktu belajar. Ada berbagai hukum dan praktek akuntansi yang akuntan perlu mempelajari dan mengikuti.

Rabu, 21 April 2010

tulisan riset akuntansi (Delapan Penyebab Penerimaan Cukai Turun)

Penerimaan Negara
Delapan Penyebab Penerimaan Cukai Turun



JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mematok penurunan penerimaan cukai rokok menjadi Rp 55,78 triliun dalam RAPBN-P 2010 dibandingkan penerimaan cukai rokok dalam APBN 2010 yang mencapai Rp 55,92 triliun.

Direktur Jenderal Bea Cukai Thomas Sugijata mengungkapkan delapan faktor yang membuat cukai rokok diproyeksi turun tipis.

"Ada delapan faktor yang membuat cukai rokok turun," ujarnya, di sela-sela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa ( 20/4/2010 ).

Thomas menyebutkan, faktor-faktor tersebut adalah adanya fatwa haram rokok dari MUI dan Muhammadiyah, gencarnya himbauan larangan ataupun gerakan anti rokok oleh LSM dan Pemda.

Selain itu, juga rencana pengenaan pajak impor rokok, RUU penyiaran yang membatasi iklan rokok, RUU Pengendalian Dampak Tembakau, Perda larangan merokok di tempat umum, resesi ekonomi global, serta rencana implementasi framework control tobacco convention (FCTC)

Di sisi lain, penurunan produksi rokok dalam RAPBN-P 2010 sebanyak 248,4 miliar batang dibandingkan dalam APBN 2010 sebanyak 261 miliar batang juga ikut menopapang penurunan penerimaan cukai rokok.

"Penurunan produksi rokok memang sudah diperhitungkan dalam penyusunan target penerimaan cukai 2010 ," jelas dia.

Meski dari sisi produksi diprediksi turun, namun Thomas menyebut akan melakukan beberapa upaya untuk mengoptimalkan penerimaan cukai rokok. Diantaranya dengan memperketat pengawasan rokok ilegal atau tidak bercukai yang volumenya diperkirakan mencapai 8 miliar batang. "Dari situ, cukai yang bisa ditarik bisa mencapai Rp 1,8 triliun," katanya.

tulisan riset akuntansi (Kenalkan, "Beasiswa Jumputan")

KOMUNITAS TEPLOK
Kenalkan, "Beasiswa Jumputan"

Ilustrasi: Jika konsep "beras jumputan" adalah menyisihkan beras, dikumpulkan, lalu dibagikan, para warga di kawasan ini menyisihkan sebagian rezekinya berupa uang untuk diisi ke dalam kotak itu.
TERKAIT:



KOMPAS.com - Raut wajah Ibu Jawi begitu gembira melihat rapor cucunya, Ijong, siswa kelas tiga SDN Rawa Kemiri, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Namun, keceriaan itu bukan semata hanya melihat hasil belajar Ijong yang baik, melainkan kegembiraan karena Ijong bisa kembali bersekolah setelah sempat putus sekolah akibat terbentur masalah biaya.
Kotak yang telah diberikan kepada para warga itu diletakkan menempel pada tembok rumah masing-masing warga. Jadi, mirip lampu teplok.
-- Andi Irhami

Ijong memang sempat putus sekolah saat masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar (SD). Kini, anak itu bisa melanjutkan sekolahnya dan sudah duduk di kelas tiga.

Kesempatan Ijong bisa melanjutkan kembali sekolah itu bukan atas biaya pribadi atau bantuan pemerintah, melainkan berkat bantuan beasiswa dari Komunitas Teplok, yaitu sebuah komunitas pencari dana beasiswa yang dipelopori para pemuda di daerah tempat Ijong tinggal di kawasan Kebon Kelapa, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Para pemuda di daerah itu tergugah dan menciptakan sebuah ide membuat suatu komunitas yang khusus berkonsentrasi pada bantuan biaya pendidikan. Ide itu muncul setelah diketahui banyak anak di daerah tersebut yang putus sekolah akibat ketidakmampuan materi.

Beras jumputan

Awalnya, Komunitas Teplok melakukan pemberian beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu untuk tetap dapat bersekolah. Caranya sangat sederhana, yaitu dengan mendistribusikan "kotak" kepada tiap orang yang mau ikut bergabung membantu biaya pendidikan anak-anak di kawasan tersebut.

Sepintas, cara yang dilakukan oleh komunitas ini tak ubahnya dengan "beras jumputan" yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia di beberapa daerah untuk berbagi kesulitan. Jika konsep "beras jumputan" adalah menyisihkan beras, dikumpulkan, lalu dibagikan, para warga di kawasan ini menyisihkan sebagian rezekinya berupa uang untuk diisi ke dalam kotak tersebut. Jadilah cara ini disebut dengan "beasiswa jumputan".

Andi Irhami, Ketua Komunitas Teplok, menuturkan, kata “teplok” digunakan karena kotak yang telah diberikan kepada para warga itu diletakkan menempel pada tembok rumah masing-masing warga "Jadi, mirip lampu teplok," ujar Andi ditemui Kompas.com, Minggu (17/4/2010).

Setiap bulan, lanjut Andi, kotak yang telah didistribusikan pada warga itu kemudian dihimpun atau dijumput kembali oleh anggota Komunitas Teplok. Isinya kemudian didistribusikan dan digunakan untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak yang sebelumnya telah didata.

Andi mengatakan, saat ini komunitas tersebut sudah memiliki lima anak asuh yang berhak mendapatkan beasiswa. Tak hanya beasiswa penuh, tetapi juga beasiswa berupa alat-alat sekolah dan uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

"Setiap anak yang mendapatkan beasiswa akan dipantau perkembangannya, mulai dari kemajuan belajar sampai kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikannya," ucap Andi.

Dia menambahkan, setiap bulannya, selain menghimpun donasi yang diterima komunitas, dia dan rekan-rekannya juga melakukan pendataan baru pada masyarakat yang kurang mampu dalam pembiayaan pendidikan anak-anaknya.

"Kegembiraan yang Ibu Jawi rasakan akan terus menjadi penyemangat kami untuk berusaha memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses pendidikan", ujarnya dengan nada optimistis.

tulisan riset akuntansi (Perjuangan Kartini Perlu Dilanjutkan)

Perjuangan Kartini Perlu Dilanjutkan


KOMPAS.com - Perempuan Pembela HAM, Shinta Nuriyah Wahid, menegaskan bahwa perjuangan Kartini perlu dilanjutkan. Terutama dalam memperjuangkan hak perempuan dan kesetaraan gender.

Meski peran perempuan semakin besar, namun diakui oleh istri mendiang mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini bahwa aktivisme perempuan dalam berbagai organisasi atau LSM belum menunjukkan kesatuan sikap yang kuat. Bagaimanapun, perjuangan Kartini untuk memberdayakan kaum perempuan perlu dilanjutkan.

Memaknai perjuangan Kartini, Shinta mengutarakan sikapnya untuk konsisten menerobos jalur pesantren. Terutama terkait dengan pemahaman yang lebih adil untuk hak perempuan.

"Banyak pemahaman yang bias gender dalam pesantren. Pemahaman yang masih sangat tekstual. Karenanya perlu senjata untuk terus menerobos pesantren dengan reinterpretasi kitab yang bias gender, dengan memberikan pemahaman yang lebih kontekstual," papar Shinta kepada Kompas Female, usai peluncuran Pundi Kesehatan untuk perempuan pembela HAM di kediamannya di Ciganjur, Jakarta, Selasa (20/4/2010) lalu.

Pergerakan reinterpretasi kitab yang bias gender menjadi fokus aktivisme Shinta sejak 1996. Sejumlah organisasi dibangunnya untuk menguatkan gerakannya dalam memberdayakan perempuan berbasis pesantren. Puan Amal Hayati salah satunya, yakni organisasi yang menjadikan pesantren sebagai pusat pemberdayaan perempuan.

Pesantren, menurutnya, menjadi wadah yang lebih efektif, dengan para kyai dan ustadz yang memiliki pengaruh untuk menyampaikan pesan dalam setiap kesempatan. Termasuk pesan menyangkut berbagai permasalahan ketidakadilan untuk kaum perempuan.

"Dengan pemahaman yang lebih adil dan setara untuk perempuan, para kyai, ustadz ini bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat. Apa kata kyai akan diikuti, dan ini pengaruhnya sangat besar," tandas Shinta yang menyebutkan reinterpretasi kitab melibatkan berbagai pakar dari multidisplin, termasuk gender dan antropologi.

tulisan riset akuntansi (Penjualan Komputer Meroket 167 Persen)

Penjualan Komputer Meroket 167 Persen




JAKARTA--MI: Penjualan personal computer (PC) maupun notebook pada kuartal pertama tahun ini mengalami peningkatan hingga 167% dibanding penjualan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan signifikan tersebut terjadi karena imbas dari mulai pulihnya perekonomian dunia pascakrisis ekonomi global.

Ketua Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Suhanda Wijaya mengatakan penjualan PC di kuartal I tahun 2010 mencapai 800 ribu unit. Pada kuartal I tahun 2009 adalah sebesar 300 ribu unit. "Tahun 2009 pembelian PC menurun drastis karena imbas sentimen negatif dari krisis finansial," katanya dalam jumpa pers Apkomindo Summit di Jakarta, Senin (19/4).

Suhanda menjelaskan, penjualan PC tahun ini ditargetkan naikn sebesar 35% atau sebanyak 3,6 juta unit. Tahun lalu, penjualan hanya sejumlah 2,8 juta unit. Membaiknya penjualan, katanya, dipicu karena membaiknya perekonomian global serta menguatnya rupiah sepanjang kuartal pertama tahun ini. "Rupiah membaik juga mendorong orang untuk membeli produk IT," katanya.

Meskipun mengalami peningkatan signifikan, pemanfaatan komputer dan internet di Indonesia masih tergolong jauh tertinggal dengan negara lain. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Telekomunikasi, Informatika, Media, dan Penyiaran Anindya N Bakrie mencatat, penetrasi masyarakat terhadap komputer masih sekitar 4%. Penetrasi ke koneksi internet masih di bawah 10%.

Padahal, penetrasi koneksi internet di Amerika Serikat dan Australia telah mencapai 70%. Untuk Malaysia dan China mencapai 50%. "Dibandingkan dengan negara lain, penetrasi komputer dan internet Indonesia masih sanagt terbatas," katanya.

Rendahnya penetrasi tersebut, menurutnya, harus dilihat sebagai peluang bagi pengusaha sekaligus memberdayakan industri TI (teknologi informasi) dalam negeri. Dengan branding dan pendekatan kepada konsumen yang baik, produk nasional akan bisa bersaing di pasar domestik.

Suhanda menjelaskan, peningkatan penetrasi bisa dilakukan jika volume produksi di Indonesia bisa mengalami peningkatan. Volume akan mengalami peningkatan jika demand masyarakat akan produk TI juga meningkat. Selama ini, yang menjadi salah satu faktor utama masih rendahnya pembelian produk TI dan pemanfaatan internet adalah daya beli masyarakat. "Untuk meningkatkan itu, perlu ditumbuhkan industri TI di daerah yang selama ini rendah untuk mengakselerasi penetrasi," ujarnya.

tugas riset akuntansi ( Biaya Merger Bank UOB Buana-UOB Indonesia Rp6,928 Miliar)

Biaya Merger Bank UOB Buana-UOB Indonesia Rp6,928 Miliar



JAKARTA--MI: Pascaproses penggabungan (merger) resmi PT Bank UOB Buana (UOB Buana) dengan PT UOB Indonesia (UOB Indonesia) pada 30 Juni 2010 mendatang, perseroan akan memfokuskan pengembangan bisnis di sektor ritel dan konsumer.

"Target kami setelah merger adalah fokus kepada ritel dan consumer banking," kata Direktur Utama Bank UOB Buana Armand Bachtiar Arief dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/4). Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini, para pemegang saham PT Bank UOB Buana menyetujui rencana penggabungan (merger) perseroan dengan PT UOB Indonesia yang dijadwalkan dilaksanakan pada 30 Juni 2010.

Persetujuan pemegang saham juga diberikan terhadap susunan Direksi dan Dewan Komisaris perseroan sebagai bank penggabungan. Posisi Direktur Utama tetap diduduki oleh Armand Bachtiar Arief. Wakil Direktur Utama akan dijabat oleh Iwan Satawidinata, yang sebelumnya memimpin UOB Indonesia.

Menurut Armand, penggabungan sendiri secara hukum ditargetkan selesai pada 30 Juni 2010 pukul 17.00 WIB. Secara operasional, persiapan penggabungan operasional dari 210 cabang UOB Buana dan 10 cabang UOB Indonesia yang tersebar di Indonesia ditargetkan selesai pada 19 Juli 2010.

Saat ini, pihaknya juga sedang fokus untuk memperoleh izin Bank Indonesia selaku regulator dalam rangka pemenuhan ketentuan Single Presence Policy (SPP). "Total biaya merger diperkirakan sebesar Rp 6,928 miliar," kata dia.

Armand menjelaskan, perseroan akan memfokuskan pada pengembangan bisnis ritel dan konsumer setelah merger dengan UOB Indonesia. Perseroan, kata dia, memiliki keunggulan dalam pemberian kredit pada sektor UKM dan konsumer. UOB Indonesia memiliki keunggulan dalam kredit korporasi. Dengan demikian penggabungan tersebut akan menimbulkan sinergi yang akan mengisi lini bisnis yang menjadi unggulan. "Porsi kredit setelah merger menjadi 30% korporat dan 70% ritel dan konsumer," kata dia.

Sebelum merger, pemegang saham UOB Buana terdiri atas UOB International Investment Private Limited (UOBII) sebesar 98,997%, Sukanta Tanudjaja sebanyak 1%, dan PSM 0,003%. Sedangkan pemegang saham UOB Indonesia adalah UOB Singapore sebesar 99% dan Sukanta Tanudjaja sebanyak 1%. Setelah merger, komposisi daftar pemegang saham UOB Buana akan berubah menjadi UOBII sebanyak 68,942%, UOB Singapore 30,056%, Sukanta Tanudjaja 1%, dan PSM 0,002%.

Pemegang saham UOB Buana, ungkapnya, juga sepakat untuk tidak membagikan dividen atas laba perseroan yang mencapai Rp443,92 miliar pada tahun buku 2009. "Laba bersih yang dihasilkan telah disepakati sebagai laba ditahan dan akan digunakan sebagai tambahan struktur permodalan UOB Buana," jelas dia.

Jumat, 09 April 2010

jurnal ifrs

jurnal ifrs
JURNAL IFRS


Struktur Meta Teori Akuntansi Keuangan
(Sebuah Telaah dan Perbandingan antara FASB dan IASC)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membahas struktur meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam mengembangkan rerangka konseptual, menelaah perbedaan-perbedaan mendasar, menganalisis hambatan-hambatan yang dialami serta mengidentifikasi upaya-upaya yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara anggota. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan rerangka dasar yang diatur dalam FASB dan IASC dan kemudian menganalisa hambatan yang timbul dengan adanya penerapan IFRS dan mengidentifikasi bagaimana hambatan tersebut dapat diselesaikan.

Kata kunci: globalisasi, harmonisasi, meta teori, FASB dan IASC, kerangka dasar, akuntansi keuangan
ABSTRACT
The objectives of this paper is to analyses the structure of meta-theoretical of financial accounting that was used by FASB and IASC to develop the conceptual framework for financial accounting reporting. The discussion of conceptual framework conducted by comparison of the basic different between the FASB and
IASC framework, then analyses the constraints to implement IFRS and identify the way out of the constraints faced by the body.

Keywords: globalization, harmonization, meta-theoretical, FASB Dan IASC, Conceptual framework, financial accounting







PENDAHULUAN

Linda Keslar (Zeff dan Dharan1994: 28) mengatakan, ”U.S. standards are not only too cumbersome and too costly, but downright unfair compared to those their foreign competitors have to follow. That is U.S. companies face an uneven playing field…” Linda melihat betapa berbedanya aturan akuntansi yang berlaku di banyak Negara sehingga menimbulkan masalah keterbandingan laporan keuangan. Kondisi ini tentu dapat dipahami, karena dalam proses penyusunan standar akuntansi di suatu negara tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lokal suatu negara. Wolk et al. (2001: 4) mengatakan, ”Economic conditions have an impact upon both political factors and accounting theory”. Proses ini yang menyebabkan standard dan praktik akuntansi di tiap-tiap Negara terdapat perbedaan.
Masalah dirasakan mulai muncul, ketika perkembangan teknologi mengubah dunia internasional ini menjadi sebuah global village, negara-negara seolah tanpa batas (borderless). Era ini populer dengan nama globalisasi. Dalam konteks akuntansi maka munculah akuntansi internasional yang mencoba menguraikan teori dan praktik-praktik akuntansi yang berlaku secara internasional. Harmonisasi standar akuntansi keuangan dalam wujud International Financial Reporting Standard (IFRS) berlaku secara internasional, dan dalam proses penyusunannya faktor politik dan kondisi ekonomi menjadi tidak relevan.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa pengaruh Amerika dalam kancah internasional sangat kuat hampir dalam segala aspek kehidupan. Acapkali kita sulit membedakan mana yang internasional dan mana yang Amerika.
Tetapi lingkungan bisnis yang ada di Amerika Serikat tidaklah universal. Ada tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan dalam pelaporan keuangan sebagaimana dikatakan oleh Nobes dan Parker (1995:11), “the following seven factors may constitute an explanation for financial reporting differences: legal system, providers of finance, taxation, the accounting profession, inflation, theory, and the accidents of history”
Dengan demikian apakah standard akuntansi keuangan Amerika Serikat fit untuk lingkungan bisnis global? Inilah sumber dari masalah keterbandingan laporan keuangan. Nobes dan Parker (1995: 3) mengatakan, ”If corporate financial reporting and accounting were identical in all countries of the world, there would be no point in studying comparative international accounting”
Pada lingkup global, sebenarnya ada dua badan penyusun standar yang berkaitan dengan praktik akuntansi secara internasional. Badan-badan itu adalah The International Federation of Accountant (IFAC), dan The International Accounting Standards Committee (IASC). IASC lebih berkonsentrasi untuk membuat International Accounting Standards (IASs). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan pada upaya pengembangan International Standard Audits (ISAs), kode etik, kurikulum pendidikan, standar akuntansi sektor swasta, dan kaidah-kaidah bagi akuntan dalam berbisnis atau mereka yang terlibat dalam teknologi.
Sangat diharapkan ada sebuah standar yang dapat diterima oleh semua Negara di dunia. Dengan adanya standar yang diterima secara internasional, diharapkan laporan keuangan memiliki daya keterbandingan yang lebih tinggi antar negara. Tentu saja upaya-upaya kearah harmonisasi internasional ini bukanlah pekerjaan mudah.
Faktanya dalam dunia akuntansi saat ini standar akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat yang disusun oleh Financial Accounting Standards Board (FASB), diikuti oleh beberapa negara, baik secara langsung maupun modifikasi. Sementara International Accounting Standards (IASs) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards Committee (IASC), belum diikuti oleh semua negara, bahkan oleh negara-negara anggota yang tergabung dalam IASC tersebut.
Artikel ini bertujuan untuk membahas struktur meta teori yang dipergunakan oleh FASB dan IASC dalam mengembangkan rerangka konseptual, menelaah perbedaan-perbedaan mendasar, menganalisis hambatan-hambatan yang dialami serta mengidentifikasi upaya-upaya yang harus dilakukan agar IFRS diterapkan oleh negara-negara anggota.
Bagian berikut dari artikel ini akan menjelaskan pergeseran orientasi pemikiran dari Postulat ke objektif, pembuatan kebijakan akuntansi, struktur meta teori akuntansi keuangan, rerangka konseptual FASB, rerangka konseptual IASC, telaah dan perbandingan struktur meta teori FASB dengan IASC, hambatan-hambatan dan upaya penerapan IFRS dan ditutup dengan simpulan.






PERGESERAN ORIENTASI DARI
POTSULAT KE OBJEKTIF

Dalam akuntansi kita sering kali membedakan antara teori dan praktik. Kita sering mendengar dua orang akuntan berdebat mengenai sebuah proposal, ”ini hanya teori, tidak dapat dipraktikkan”, atau pada diskusi lainnya ”ini adalah teori depresiasi” atau yang lainnya lagi mengatakan ”teori capital budgeting”, atau ”teori akuntansi” dan lain sebagainya. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan teori akuntansi?
Paton dan Littleton (1940: ix) mendefinisikan teori akuntansi, “…is a coherent, coordinated, consistent body of doctrines which may be compactly expressed in the form of standards it desired”
Keberadaan teori akuntansi yang mapan sangat penting dan diharapkan mampu menjelaskan fakta atau fenomena akuntansi dengan akurat dan memiliki konsistensi logik. Banyak sekali ahli teori akuntansi mencoba menjelaskan praktikpraktik akuntansi yang sedang berlaku, dan berupaya untuk menemukan dasar teorinya. Pada umumnya mereka berfokus pada postulat, konsep dasar, maupun asumsi yang mendasari praktik. Ternyata pendapat mengenai postulat itu sendiri
sangat beragam, tidak ada kesepakatan, sehingga usaha-usaha untuk merumuskan teori akuntansi sangat lambat bahkan cenderung membingungkan. Perdebatan terus berlanjut, setiap orang selalu melihat hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga yang ada adalah kumpulan pendapat.
Tetapi bukan berarti tidak ada satu teoripun yang berhasil dirumuskan. Justru sebaliknya, bahwa banyak teori yang sudah berhasil dirumuskan namun hanya menjelaskan akuntansi dari bagian tertentu saja dan dari sudut pandang yang berbeda. Chamber (1965) secara optimis mengatakan, bahwa, ”The history of accounting thought is not a history of development, but a series of disconnected episodes”
Akhirnya setelah menyadari bahwa tidak ada kemajuan berarti yang dicapai, terjadilah pergeseran orientasi dari postulat ke tujuan (objectives) pelaporan akuntansi. Pergeseran orientasi ini diawali dengan dikeluarkannya ASOBAT oleh AAA pada tahun 1964. Perkembangan ini diikuti oleh APB dengan mengeluarkan Statement no 4 (1970), kemudian diteruskan oleh laporan komite Trueblood (AICPA, 1973). Setelah APB digantikan oleh FASB, pada tahun 1978, FASB mengerluarkan SFAC No 1 dengan judul, Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises.
Struktur teori akuntansi keuangan yang menempatkan tujuan pada posisi paling atas tersebut disebut dengan Meta Teori Akuntansi Keuangan (Wolk et al. 2001: 173). Atas dasar meta teori ini, masalah yang timbul dalam mencari postulat yang dapat disetujui bersama sudah teratasi. Dengan arah tujuan pelaporan akuntansi, penelitian dapat dilakukan dengan lebih menekankan pada pengembangan teori akuntansi yang berguna untuk menerangkan dan meramalkan praktik akuntansi
(Baridwan 1991: 3).
Kam (1986:34) menggambarkan bahwa postulat, objektif dan definisi merupakan sumber tertinggi untuk bisa melakukan deduksi dalam mengembangkan rerangka konseptual akuntansi. Dalam sistem deduksi, pada tingkatan pertama (Top level) terdiri dari pernyataan yang sangat umum, yaitu postulat atau asumsi dasar akuntansi, definisi, dan termasuk tujuan pelaporan keuangan. Pada tingkatan kedua mencakup prinsip-prinsip atau standar akuntansi yang skopenya tidak seluas atau seumum postulat. Pada tingkatan ketiga mencakup prosedur-prosedur akuntansi atau metode-metode akuntansi yang dapat diterapkan langsung dalam praktik (Kam1986: 34-35).
Jika diperhatikan, penjelasan teori secara deduksi menurut Kam tersebut khususnya pada tingkatan pertama (berisi postulates, definitions, dan Objectives of Financial Reporting), sebenarnya sudah mencakup pergeseran orientasi dari pendekatan yang berorientasi postulat-prinsip ke pendekatan yang berorientasi tujuan-standar. Kam memkombinasikan kedua orientasi tersebut dengan sangat elegan, seolah-olah mengisyaratkan perlunya mengakhiri perdebatan mengenai postulat (dan istilah lainnya yang berbeda-beda) dan menyepakati apa sebenarnya orientasi yang ingin
dijadikan acuan.
Ketika meta teori ini dipergunakan sebagai landasan menyusun kebijakan akuntansi di suatu negara, tampaknya kondisi lingkungan dimana akuntansi itu akan dioperasikan juga sangat mempengaruhi. Dalam APBS 4 (1970: par. 17) dikatakan, ”...depents ont only on delinetion of accounting, but olso on an understanding of the
environent within which financial accounting operates and which it is intended to reflect” Hal ini menyebabkan kebijakan akuntansi yang diterapkan antar negara ada kecenderungan berbeda satu sama lainnya. Dengan demikian, bagaimana sebaiknya kebijakan akuntansi itu dibuat?

PEMBUATAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Praktik akuntansi dalam suatu negara sebenarnya didasarkan pada sebuah aturan yang dengan sengaja dikembangkan untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Dalam proses perancangan dan pengembangan aturan akuntansi tersebut banyak mempertimbangkan faktor seperti kondisi ekonomi, sistem politik dan teori akuntansi itu sendiri. Wolk et al. (2001) menggambarkan proses ini seperti pada gambar 1.

Teori Akuntansi

Teori akuntansi sebagaimana tampak pada gambar 1 menempati posisi sangat penting dalam proses pembuatan kebijakan. Pemahaman akan pentingnya teori, baik oleh praktisi maupun para penyusun standar sangat penting, supaya rancangan standar akuntansi dapat menjadi pedoman yang stabil, dan sekaligus adaptif, karena praktik
akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah-masalah praktis dan professional.



Masalah praktis memang dapat diatasi atau dipecahkan dengan berdasarkan pengalaman praktis, tetapi pengalaman praktis saja tidaklah cukup, melainkan harus dilandasi oleh pemahaman yang kuat terhadap teori akuntansi. Kam (1986: 38 ) mengatakan,

Behind every practice is a rationale…Good practice is based on good theory whether we are aware of the theory or not. If we can formulate “good” theory, then we will have “good” practices if the theory is followed.

Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan pernah tercapai jika teori yang melandasinya tidak baik. Teori yang baik tidak akan pernah menjiwai praktik jika teori yang baik tersebut tidak dipahami.

Kondisi Ekonomi

Sistem perekonomian biasanya diklasifikasikan menjadi sistem kapitalis, sistem sosialis, atau kombinasi keduanya. Dalam setiap sistem perekonomian masalah central yang dihadapi adalah alokasi sumberdaya yang tersedia untuk produksi
barang dan jasa. Proses alokasi ini berpengaruh terhadap kondisi perekonomian.
Karena kondisi ekonomi berdasarkan sifatnya adalah dinamis, maka kondisi perekonomain suatu negara menjadi faktor yang relevan dalam perumusan kebijakan akuntansi. Kompleksitas ekonomi akan berkaitan langsung dengan kompleksitas akuntansi. Negara dengan subsistem perekonomian agraria misalnya kebutuhan akuntansinya akan sangat berbeda dengan negara yang subsistem perekonomian perindustrian. Kebijakan akuntansi harus konsisten dengan tujuan ekonomi makro dan perencanaan berbagai program ekonomi suatu negara.
Demikian pula sebaliknya, kebijakan akuntansi yang ditetapkan akan dapat memberikan implikasi ekonomi yang sangat luas, berpengaruh terhadap perilaku para pengambil keputusan ekonomik, perpajakan, sistem bonus, harga pasar saham, dan lain sebagainya. Banyak penulis dan peneliti yang membahas tentang konsekuensi
ekonomi yang timbul (lihat dalam Wolk et al. 2001, Zeff 1994, Sunder 1988, FASB, dalam statement 2, 1980, dan Statement 5, 1984, Brown 1987).
Konsekuensi ekonomi ini, sebagaimana diunkapkan oleh Zeff (1994) adalah dampak laporan akuntansi terhadap perilaku para pengambil keputusan bisnis, pemerintah, investor dan kreditor, dan masyarakat bisnis lainya.

Faktor Politik

Apakah pembuatan kebijakan akuntansi harus dipengaruhi proses politik? Jawaban atas pertanyaan ini tidak jelas batasannya. Kebijakan akuntansi sebenarnya diputuskan melalui suatu konsensus, sehingga proses pembuatannya dianggap bersifat politik. Gerboth (1973) menyatakan, suatu politisasi pembuatan peraturan akuntansi
tidak dapat dielakkan, dan hal ini merupakan suatu keharusan. Selanjutnya, Gerboth menyatakan, jika suatu keputusan kebijakan akuntansi keberhasilannya tergantung pada keberterimaan oleh masyarakat, maka masalah-masalah penting yang timbul tidak bersifat teknis melainkan politis.
Horngren (1973) berpendapat senada, bahwa standar akuntansi merupakan hasil tindakan politik dan sosial yang akan mempengaruhi masyarakat. Tetapi Solomons (1978) menyatakan perlu suatu kehati-hatian dan diperhatikan pula
bahwa faktor politik tidak harus selalu dikedepankan dalam penetapan standard. Jika faktor politik dikedepankan, kredibilitas akuntansi benar-benar dipertaruhkan. Jika badan-badan penyusun standar sering melakukan kesalahan, maka kepercayaan masyarakat dan kalangan bisnis akan hilang.
Sandaran utama penetapan kebijakan akuntansi adalah teori yang sehat. Wright (Suwardjono, 2005: 38) mengatakan, ”Theory, without practice to test it, to verify it, to correct it, is idle speculations; but practice, without theory to animate it, is mere mechanism. In everi art and business, theory is the soul and practice is the body” Dengan demikian diperlukan adanya struktur meta teori yang valid.


STRUKTUR META TEORI

Meta teori akuntansi keuangan menggunakan pendekatan deduksi dalam proses penalarannya. Sebagaimana tampak pada gambar 2, struktur meta teori akuntansi keuangan menempatkan tujuan sebagai tingkatan paling tinggi. Tetapi jika suatu kebijakan ditetapkan untuk suatu negara tertentu, mungkin tujuan pelaporan keuangan harus mendukung tujuan ekonomik suatu negara.


Suwardjono (2005) menggunakan istilah perekayasaan pelaporan keuangan untuk menggambarkan struktur meta teori akuntansi keuangan. Perekayasaan akuntansi berkepentingan dengan pertimbangan untuk memilih dan mengaplikasikan
ideologi, teori, konsep dasar, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara (hal 102). Jika digambarkan secara generik tanpa dikaitkan dengan satu negara tertentu, maka struktur meta teori akuntansi keuangan tampak pada gambar 3.
Pada tingkatan pertama adalah postulates, definisi dan tujuan pelaporan keuangan. Postulates yang biasa dipakai adalah Going concern, time period, accouning entity, dan monetary unit (Wolk, et al. 2001: 139). Dan tujuan umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan untuk dasar pengambilan keputusan ekonomik dan sosial.
Pada tingkatan kedua para perancang kebijakan akuntansi harus memilih berbagai konsep dasar yang relevan, menentukan subjek pelaporan, target pemakai, jenis informasi yang dilaporkan, simbol atau elemen-elemen yang dipakai, dasar pengukuran, kriteria pengakuan, dan medium pelaporan, dan cara melaporkan (Suwardjono, 2005: 102). Pada tingkatan ketiga dibuat suatu rerangka konseptual yang dijabarkan dalam bentuk standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk generally accepted accounting principles. Tingkatan terakhir adalah media pelaporan yang menentukan bentuk, isi dan jenis laporan.
Karena berbagai faktor lokal yang terjadi dalam suatu negara, maka ketika kebijakan akuntansi disusun, maka sebagaimana telah diuraikan dimuka model generik pada gambar 2, akan menjadi spesifik untuk negara bersangkutan. Kebijakan akuntansi antar negara akan dapat berbeda satu sama lainnya, dan harus diikuti dalam praktik akuntansi.

RERANGKA KONSEPTUAL FASB

Dewan penyusun standar akuntansi di Amerika Serikat untuk pertama kalinya dibentuk pada tahun 1936 dengan nama Committee on Accounting Procedure (CAP). Dewan ini bekerja sampai tahun 1959 dan berganti nama menjadi Accounting Princilpes Booard (APB). Hasil karya APB yang terkenal adalah ARS nomor 7 dan yang paling terkenal adalah APB Statemen no 4 yang diterbitkan tahun 1970. APB bekerja sampai dengan tahun 1973, kemudian digantikan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) sampai sekarang ini. FASB berbeda dengan dewan-dewan sebelumnya, karena didukung oleh enam organisasi profesi, yaitu, AAA, AICPA, Financial Analysts Federation, Financial Executive Institute, Institute of Management Accountants, dan Securities Industry Association.
Setelah mengalami beberapa titik waktu (Juncture) dalam merumuskan prinsip-prinsip akuntansi (Zeff 1984), FASB akhirnya berhasil membuat sebuah model rerangka konseptual yang mapan disebut, Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC). SFAC ini dianggap lengkap dan terdiri dari 6 statements, yaitu SFAC No 1 (1978), SFAC No 2 (1980), SFAC No 3 (1980), SFAC No 4 (1980), SFAC No 5 (1984), dan SFAC No 6 tahun 1985. SFAC No 6 menggantikan SFAC no 3 dan mengamandemen SFAC no 2. Sedangkan draft SFAC 7 sampai saat ini belum pernah definitif.
Model rerangka konseptual FASB ini mencakup empat komponen dasar, yaitu (1) tujuan pelaporan keuangan yang dituangkan pada SFAC no 1 dan SFAC no 4. (2) Kriteria kualitas informasi yang dituangkan pada SFAC no 2, (3) Elemen-elemen laporan keuangan yang dituangkan pada SFCA no 6 (pengganti SFAC no 3) (4) Pengukuran dan Pengakuan yang dituangkan pada SFAC no. 5. Model ini (lihat gambar 3) dirancang dengan cukup luas dan mencakup perusahaan bisnis dan nonbisnis. Rerangka ini merupakan dasar teoritis bagi FASB dalam mengembangkan standard akuntansi keuangan (Statement of Financial Accounting Standard) di Amerika Serikat.

Standar-standar tersebut berkenaan dengan pengukuran aktivitas ekonomi, penentuan waktu kapan pengukuran dan pencatatan harus dilakukan, ketentuan pengungkapan mengenai aktivitas tersebut, penyiapan dan penyajian ringkasan aktivitas ekonomi tersebut dalam bentuk laporan keuangan.

RERANGKA KONSEPTUAL IASC
Globalisasi dunia menuntut adanya standar akuntansi yang seragam. Namun untuk mencapai sebuah keseragaman tidaklah mudah. Kondisi ini memerlukan adanya sebuah badan penyusun standar internasional. Salah satunya adalah International Accounting Standards Committee (IASC).
Kesepakatan pembentukan IASC terjadi pada tanggal 23 Juni 1973 di Inggris yang diwakili oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara, yaitu Australia, Canada, Prancis, Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat (Nobes dan Parker 1995: 9; dan Solomons, 1986: 60).
Tujuan pembentukan IASC adalah, “to formulate and publish in the public interests, basic standards to be observed in the presentation of audited accounts and financial statements and to promote their worldwide acceptance and observance” Jadi tujuan dibentuknya IASC adalah memformulasi standar dan mendorong keberterimaan
dan ditaatinya IFRS secara luas di dunia. (Solomons 1986: 60).
Sampai saat ini IASC beranggotakan sekitar 150 organisasi atau badan penyusun standard akuntansi dari 113 negara (media akuntansi, 2000), dan telah berhasil merumuskan model teoritis yang juga mengadopsi meta teori dengan menempatkan tujuan sebagai top level. Model ini disebut Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements (FPPFS) (naskah asli terdapat di IAI, SAK, Oktober 2004). Secara diagramatis, dengan mengacu gambar 2 struktur meta teori akuntansi keuangan, Model FPPFS ini tampak pada gambar 4.
Kerangka dasar ini pada hakikatnya memuat lima unsur utama, yaitu (1) tujuan laporan keuangan yang dituangkan dalam paragraf 12-21, (2) asumsi dasar dituangkan pada paragraf 22-23, dan konsep modal dan pemeliharaan modal yang dituangkan pada paragraf 102-110, (3) karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan yang dituangkan pada paragraf 24-46, (4) elemen-elemen laporan keuangan yang dituangkan pada paragraf 47-81, (5) definisi, pengakuan dituangkan pada paragraf 82-98, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan dituangkan pada paragraf 99-101.
Kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pengembangan standar akuntansi keuangan dimasa depan dan dalam peninjaun kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku.

TELAAH DAN PERBANDINGAN

Kedua struktur meta teori versi FASB dan versi IASC, memiliki unsur-unsur yang mirip. Tetapi ada beberapa perbedaan prinsip dalam kedua model tersebut. Pertama, pernyataan tujuan di FASB adalah tujuan pelaporan keuangan, tetapi di IASC tujuan laporan keuangan. Meskipun IASC pada paragraf 07 menyatakan bahwa, ”Financial
statements form part of the process of financial reporting”, tetapi sebenarnya ada hal mendasar yang menyebabkan kedua pernyataan tujuan tersebut berbeda, yaitu lingkup penerapannya. Lingkup penerapan FASB adalah di Amerika Serikat yang tentu saja mempertimbangkan karakteristik lingkungan, sebagaimana dinyatakan dalam SFAC No 1 paragraf 9 sebagai berikut:
Thus, the objectives set.....depend significantly on the nature of the economic activities and decisions with which the users are involved. Accordingly, the objectives in this Statements are affected by the economics, legal, political, and social environment in the United States.
Sedangkan lingkup penerapan IASC adalah internasional, sehingga karaktristik lingkungan local/Negara menjadi tidak relevan. Ketiadaan konteks karakteristik lingkungan inilah yang barangkali menyebabkan IASC menggunakan pernyataan tujuan laporan keuangan, karena pelaporan keuangan mengandung konteks lingkungan.
Kedua, fokus utama tujuan pelaporan keuangan. Dalam FASB dengan jelas dungkapkan pada paragraf 34, bahwa ”Financial reporting should provide information that is useful to present and potential investors and creditors and other
users in making rational investment, credit, and similar decisions”.
Mengapa fokus utama adalah investor dan kreditor? Hal ini disebabkan investor dan kreditor adalah pengguna mayoritas dan pelaku utama di pasar modal Amerika yang sangat berkembang pesat. Sementara di IASC target pemakai dinyatakan secara umum tidak fokus pada kelompok tertentu. Misalnya pada paragraf 13, dinyatakan, ”Financial statements prepared for these purpose
meet the common needs of most users”. Hal ini disebabkan karena harus mempertimbangkan karakteristik pelaku utama di berbagai negara, dengan tingkatan pertumbuhan ekonomi yang berbeda, tingkatan kecanggihan pasar keuangan yang juga berbeda, sehingga dinyatakan secara umum.


Alasan teoritis yang melatar belakangi mengapa FASB memfokuskan investor dan kreditor sebagai tujuan pelaporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut. Peran sosial akuntansi dapat dilihat dari sejauh mana akuntansi dapat mengendalikan perilaku para pengambil keputusan ekonomik untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan ekonomi dan sosial suatu negara. Salah satu tujuan ekonomik negara adalah adanya alokasi sumberdaya ekonomik yang efisien. Proses alokasi sumberdaya ini dapat terjadi melalui mekanisme di pasar modal, karena pasar modal merupakan tempat bertemunya peminta dan penyedia dana (investor dan kreditor). Informasi akuntansi diharapkan berperanan dalam membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan ekonomik.
Ketiga, Asumsi yang mendasari penyusunan laporan keuangan (underlying assumption) paragraf 22-23, dan konsep modal dan konsep mempertahankan modal paragraf 102-110, secara ekspisit dinyatakan dalam IASC. Tetapi FASB tidak menyajikan kedua komponen tersebut sebagai komponen konsep yang terpisah, karena kedua hal tersebut merupakan konsep dasar yang digunakan oleh FASB dalam penjelasan, argumen dan penalaran yang menyertai setiap komponen konsep.
Misalnya pada SFAC no. 5 paragraf 45 dinyatakan, ”The full set of articulated financial statements discussed in this Statement is based on the concept financial capital maintenance” Konsep ini juga digunakan untuk penjelasan pada paragraph 46-48. Demikian pula pada SFAC No 6 paragraf 71, “A concept of maintenance of capital or recovery of cost is a prerequisite for separating return of capital…..” Demikian pula paragraf 72, “The financial capital concept is the traditional view and is generally the capital maintenance concept in present primary financial statements.”
Konsep accrual basis, juga demikian. FASB menggunakannya sebagai penjelasan dan argumen pada SFAC No. 6 pada sub topik Accrual Accounting and Related Concepts mulai paragraph 134 sampai paragraf 145.
Dengan memperhatikan beberapa perbedaan yang ada, tampaknya struktur meta teori yang digunakan oleh FASB lebih sempurna dibandingkan dengan struktur meta teori IASC. FASB dalam membangun model menggunakan argumen dan penalaran yang lebih kuat serta penjelasan yang lebih lengkap untuk setiap konsep yang dipakai, sehingga membentuk sebuah knowledge. Dengan demikian FASB lebih memiliki aspek pendidikan. Hal ini secara explisit dinyatakan pada bagian
pengantar SFAC No. 2, yaitu:

However, knowledge of the objectives and concepts the Board will use in developing
standards should also enable those who are affected by or interested in financial accounting standards to understand better the purposes, content, and characteristic of information provided by financial accounting and reporting.


HAMBATAN-HAMBATAN DAN UPAYA
DALAM PENERAPAN IFRS

Pembuatan standar akuntansi di IASC tidaklah melibatkan seluruh anggota yang jumlahnya sangat banyak, melainkan oleh beberapa negara yang disebut dengan nama G4+1 yang terdiri dari perwakilan badan-badan standar nasional dari Negara Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris dan Amerika Serikat. Alasan dibentuknya G4+1 ini adalah anggota IASC terlalu banyak, terdiri dari anggota tetap dan tidak tetap, serta sangat beragam. Keberagaman wakil yang duduk dalam IASC ini juga mencerminkan keberagaman tingkatan ekonomi negara-negara yang diwakilinya, hal ini terkadang memerlukan kompromi-kompromi guna menyetujui sebuah standar.
Meskipun sebagian besar anggota IASC telah menyetujui IFRS, tetapi tidak semua anggota IASC menerapkan dinegaranya masing-masing. Berbeda dengan anggota yang tergabung dalam G4+1. Mereka berkumpul secara intensif dan bekerja penuh waktu. Dalam setiap proyek pengembangan yang dikerjakan, mereka mengembangkannya kedalam lingkup Negara mereka masing-masing. Oleh karena anggota G4+1 ini adalah negara-negara maju yang memiliki pasar keuangan yang canggih, maka kompromi-kompromi sangat sedikit terjadi.
Negara-negara maju akan mendominasi pengembangan pasar keuangan. Kebutuhan informasi para investor tampaknya lebih terkait dengan Amerika Serikat, Eropa Daratan, Inggris, dan Australia. Jika standar akuntansi internasional dimaksudkan berlaku untuk semua anggota IASC, yang memiliki banyak perbedaan, maka hal ini merupakan hambatan yang barangkali sulit dipecahkan.
Radebaugh (1975:41) mengemukakan bahwa banyak sekali faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pengembangan tujuan, standar, dan praktik akuntansi. Rerangka ini mencakup delapan faktor, yang secara umum kedelapan faktor tersebut ada di setiap negara, tentu dengan tingkatan dan karakteristik yang sangat berbeda.
Karakteristik dan tingkatan yang berbeda antar negara merupakan hambatan mendasar yang dihadapi dalam proses harmonisasi standar akuntansi keuangan. Lebih lanjut, Solomons (1986:63) mengatakan:
Just as accounting standards within a single country attempt to eliminate arbitrary and unnecessary differences in the accounting methods used by different companies, so in the international field, efforts are being made to eliminate or reduce accounting differences across national boundaries. Because some of those differences reflect differences in legal systems, in political systems and in stage of economic development, the progress of harmonization is slow and difficult.


The Development of Accounting Objectives, Standards and Practices
Enterprise Users:
1. Management
2. Employee
3. Supervisory council
4. Board of Directors
International Influences:
1. Colonial history
2. Foreign investors
3. International committees
4. Regional cooperation
5. Regional capital markets
Government:
1. Users: tax, planners
2. Regulators


Others external users
1. Creditors
2. Institutional investors
3. Noninstitutional investors
4. Securities Exchange
Local environtment
characteristics
4. Rate of economic growth
5. Inflation
6. Public vs private ownership
and control of the economy
7. Cultural attitudes
Nature of The enterprises
1. Form of business organizations
2. Operating charactristics
Accounting Profession:
1. Nature & extent of a
profession
2. Professional associations
3. Auditing
Academic Influences:
1. Educational infrastructure
2. Basic of applied research
3. Academic association

Sumber: Radebaugh (1975: 41)
Gambar 5. The Evolution of Accounting and Reporting Practices

Hambatan lain yang muncul adalah adanya perbedaan kebutuhan dan keinginan antara Negara maju dengan yang belum maju dan antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di Negara lain dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda. Demikian pula apa yang dirancang oleh G4+1 belum tentu cocok diterapkan untuk seluruh anggota IASC. Solomons (1986: 63) mengatakan,

Their needs are different in important respect, and one should not assume that accounting policies that appropriate for the United States are necessarily appropriate for, say, India or Indonesia. This is because the objectives to be served by financial reporting may be different.

Tidak ada enforcement yang bisa diterapkan
bagi Negara yang tidak menerapkan IFRS. Yang harus dilakukan oleh IASC sebagai badan penyusun standar akuntansi interasional adalah membuat para anggota merasa butuh menerapkan IFRS. Upaya yang bisa ditempuh adalah pertama, mengajukan pengakuan melalui International Organization of Securities Commissions, supaya perusahaan (Negara) yang akan melakukan crossborder listing menggunakan IFRS dalam pelaporan keuangan mereka. Tindakan ini selanjutnya diikuti dengan pengakuan oleh komisi-komisi efek atau peraturan yang ada. Jika hal ini terjadi, maka akan mendorong perusahaan-perusahaan multinasional untuk listing di bursa efek mancanegara.
Kedua, IASC harus membentuk badan penyusun standar yang terpisah dari badan-badan akuntansi. Untuk itu, IASC harus melakukan restrukturisasi. Saat ini IASC didominasi oleh badan-badan profesi akuntansi sebanag penyusun standar. Restrukturisasi ini diharapkan dapat mendorong kemandirian baik dari segi dana maupun operasional.

KESIMPULAN

FASB dan IASC dalam menyusun standar sama-sama berbasis pada meta teori akuntansi keuangan, yang menempatkan tujuan pelaporan pada tingkat paling tinggi. Rerangka konseptual FASB merupakan dasar teoritis pengembangan standar akuntansi di Amerika Serikat, sehingga memasukkan konteks lingkungan. Tetapi rerangka konseptual IASC yang menjadi landasan teoritis pengembangan standar akuntansi keuangan internasional, konteks lingkungan menjadi tidak relevan.
Terdapat beberapa perbedaan antara kedua rerangka konseptual tersebut, yaitu pertama pernyataan tujuan, dimana FASB menyatakan tujuan pelaporan keuangan, sementara IASC menyatakan tujuan laporan keuangan. Kedua, fokus utama pelaporan menurut FASB adalah investor dan kreditor, sementara IASC tidak fokus pada salah satu kelompok tertentu. Ketiga, Asumsi dasar dan konsep modal dan konsep pemeliharaan modal, secara eksplisit dinyatakan terpisah oleh IASC, sementara FASB menggunakan konsepkonsep tersebut pada setiap konsep yang diajukan sebagai penjelasan, argumen, dan penalaran.
Penerapan IFRS ternyata mengalami hambatan yang sangat serius, karena banyak sekali terdapat perbedaan antar negara-negara anggota, baik dalam konteks sosial budaya, hukum, ekonomi, politik, pendidikan, sistem pemerintahan, sistem pajak, dan lain sebagainya.
IASC harus mengupayakan pengakuan dari International Organization of Securities Commissions, supaya perusahaan-perusahaan yang melakukan cross-border listing menggunakan IFRS. Hal ini dapat mendorong perusahaan-perusahaan multinasional untuk melakukan listing di mancanegara. Hal lain yang dapat dilakukan IASC adalah melakukan restrukturisasi badan penyusun standar untuk mendorong kemandirian baik dari segi dana maupun operasinal.

Selasa, 23 Maret 2010

sejarah PI saya..

Sejarah penemuan masalah PI saya ....

Nama saya Gania Astried Chaeranny dari 3eb03..
Sekarang saya sedang membuat Pi yaitu penulisan ilmiah, seperti penulisan pra skripsi.
Saya mendapatkan dosen pembimbing yang bernama Agustin.

Pada saat pertama kali bertemu dengan DP saya mersa senang, karena yang sya lihat pertama kali Dp saya baik hati, dia membantu para mahasiswa yang dibimbingnya untuk membuat PI masing-masing.
Dia menyuruh kami untuk membuat bab I minggu depannya, maka saya berusaha mencari bahan-bahan untuk membuat PI di perpus. Akhirnya saya mendapatka judul yang menarik menurut saya, yaitu tentang sistem akuntansi konsinyasi.
Saya berharap judul saya akan diterima oleh DP saya, tapi ternyata tidak karena menurut dia, judul PI saya kurang "greget". Saya sempat kecewa, karena judul itu telah saya kuasai dan untuk mendapatkan data dari judul yang saya buat dengan mudah saya dapatkan.

Saya sempat bingung dan putar otak untuk mencari judul yang pas, dan akhirnya saya mendapatkan judul tentang teori CAMEL yaitu capital, asset, management, equity and liqudity.
Baru besok pagi saya akan menyerahkan Bab I yang telah saya buat, saya harap judul saya dapat di acc oleh dosen pembimbing sayaa,,aminnn....

tugas riset akuntansi ( fisuf dunia ), dosen : caecilia widi pratiwi

Socrates

Nama: Socrates (S....t..)

Lahir: k. 469 / 471 SM

Meninggal: 399 SM

Aliran/tradisi: Yunani Klasik

Minat utama: Epistemologi, Etika

Gagasan penting: Metode Socrates, Ironi Socrates

Mempengaruhi: Plato, Aristoteles, Aristippus, Antisthenes, Filosofi Barat

Socrates (Bahasa Yunani S......, Socrates) (470 SM -399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.

Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.

· Pengajaran

Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya. Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta denganmenanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail.

Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.

· Filosofi

Salah satu catatan yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu". Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.


· Kematian

Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini. Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa.

Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan kawan dan siswanya.

· Pengaruh

Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.


Komentar saya mengenai socrates adalah : Socrates adalah salah satu figur tradisi filosofis Barat yang paling penting, pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya. Metode pembelajaran Socrates membuat siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail, dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi.


Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.


Semua pemikirannya menjadi acuan bagi murid-muridnya seperti Plato dan Aristoteles karena Socrates adalah salah satu filsuf generasasi yang pertama, maka menurut saya Plato sangat pantas untuk disebut sebagai sumber atau bapak filsafat.



Rabu, 06 Januari 2010

makalah sederhana

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Program pemerintah untuk menangani masalah kemiskinan telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40,1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11,3%) pada tahun 1996. Namun, berbagai hal yang terjadi di Indonesia membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti: krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 1997, bencana alam gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatra Utara pada akhir Desember 2004. Menurut perhitungan BPS (Biro Pusat Statistik) jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) pada tahun 1998.

Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan pemerintah dalam menangani masalah ini. Melihat kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinan tinggi, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya. Penulis berharap dengan karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengentaskan kemiskinan dari Negara tercinta ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1

1. Bagaimana kondisi kemiskinan di Indonesia?

2. Faktor apa yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia?

3. Bagaimana cara menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah:

1. Mengetahui kondisi kemiskinan di Indonesia

2. Mengetahui factor penyebab terjadinya kemiskinan

3. Mengetahui cara menanggulangi kemiskinan

1.4 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode studi pustaka dan browsing internet dalam penulisan karya tulis.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat mengetahui kondisi kemiskinan di Indonesia dan dapat mencari solusi menanggulanginya. Diharapkan pembaca dapat membantu pemerintah agar kemiskinan di Indonesia dapat segera teratasi.

2

1.6 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang kondisi kemiskinan di Indonesia, faktor penyebab kemiskinan di Indonesia, dan penanggulangan masalah kemiskinan.

BAB III PENUTUP

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Kemiskinan di Indonesia

Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.

Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.

Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:

4

1. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.

2. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin yaitu:

1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.

2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidang kemasyarakatan.

3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.

5

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.

Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.

Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya tulis ini dengan 3 masalah utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan rendahnya mutu layanan pendidikan.

1. Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan

Hal ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras.

6

Permasalahan kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.

2. Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan

Hal ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu indikator dari terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi. Data Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Terbatasnya dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan

Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.

2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu:

1. Kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam.

2. Kemiskinan buatan. Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.

7

Bila kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain:

1. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.

2. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang tinggi

3. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memliki pendidikan tinggi dan kesehatan yang baik.

4. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.

5. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama.

2.3 Penanggulangan Masalah Kemiskinan

A. Sasaran Pembangunan Tahun 2007

Adapun sasaran penanggulangan kemiskinan pada tahun 2007 adalah:

1. Berkurangnya penduduk miskin hingga mencapai 14.4% pada akhir tahun 2007.

2. Meningkatnya jalur kesempatan masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar terutama pendidikan dan kesehatan.

3. Meningkatnya kualitas keluarga miskin.

4. Meningkatnya pendapatan dan kesempatan berusaha kelompok masyarakat miskin, termasuk meningkatnya kesempatan masyarakat miskin terhadap permodalan, bantuan teknis, dan berbagai sarana dan prasarana produksi.

8

B. Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2007

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, maka kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2007 diarahkan pada :

1. Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Kekurangan Pangan

Penanganan masalah gizi kurang dan kekurangan pangan meliputi:

1. Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.

2. Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin

2. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan

Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut :

1. Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD dan SMP.

2. Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.

3. Pengembangan pendidikan untuk dapat membaca

3. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan

Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan prioritas sebagai berikut:

9

1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas

2. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III rumah sakit.

3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan.

4. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi buruk dan pelayanan ke gawat darurat.

4. Perluasan Kesempatan Berusaha

Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:

1. Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga miskin.

2. Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.

3. Penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha.

4. Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.

5. Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha

10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan bab II penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.

2. Faktor penyebab kemiskinan ada dua, yaitu faktor alami dan faktor buatan. Selain kedua faktor tersebut ada faktor lain yang menimbulkan kemiskinan, yaitu:

­ Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak

­ Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak

­ Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya

­ Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian

­ Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama.

11

3. Penanggulangan masalah kemiskinan diwujudkan oleh pemerintah dalam bentuk Sasaran Pembangunan dan Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2007. Keberhasilan program menurunkan kemiskinan tidak akan tercapai tanpa adanya kerja-sama yang baik dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia

2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.

3. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Mulyo, Sumedi Andono. 2005. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Komite Penanggulangan Kemiskinan.

Sumber-sumber lain:

www.agribisnis.deptan.go.id

www.bps.go.id

www.eramuslim.com

www.perempuan.com

www.pu.go.id

www.wikipedia.com

13

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1

1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….. ……1

1.3 Tujuan Penulisan…...…………………………………………………. 2

1.4 Metode Penulisan…..………………………………………………….2

1.5 Manfaat Penulisan……………………………………………………..2

1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Kemiskinan di Indonesia…………………………………… .4

2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan………………………………………. ..7

2.3 Penanggulangan Masalah Kemiskinan……………………………. .8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………….. …11

B. Saran…………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… ..13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“ KEMISKINAN DI INDONESIA”

NAMA: GANIA ASTRIED CHAERANNY

NPM: 20207494

KELAS: 3EB03

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI

KATA PENGANTAR


Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena penulis menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Kemiskinan di Indonesia”.
Makalah ini dibuat agar para pembaca mengetahui bagaimana seberapa jauh kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulisan ini. Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin dan semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.




Jakarta, Desember 2009

Penulis