Sepenggal kisah Gania Astried Chaeranny
Pada hari sabtu, jam berdentang menunjukkan pukul 02.30, dari salah satu ruangan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo terlihat ramai, ada beberapa bapak-bapak yang terlihat cemas. Ternyata mereka sedang menunggu para istri mereka yang sedang berjuang di dalam ruangan bersalin untuk melahirkan. Ada yang duduk sambil menggoyang-goyangkan kaki, ada yang berdiri dengan wajah tenang ada pula yang berwajah stress memikirkan keadaan istri sekaligus anak mereka. Dari sudut yang berbeda terlihat laki-laki berumur 30 tahun, berkumis dan berbadan kurus sedang duduk di temani oleh ibunya, wajahnya terlihat biasa saja, tidak terlihat tegang ataupun stress. Itulah ayahku yang bernama Gunawan Sanusi. Ayahku sedang menanti kelahiranku. Di dalam ruangan bersalin, ibuku yang bernama Lenny sedang berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan aku, butuh waktu yang lama untuk ibuku melahirkan aku. Karena aku tidak seperti bayi-bayi yang lainnya, dalam waktu 9 bulan lebih beberapa hari sudah bias lahir. Tapi aku adalah bayi yang bisa di bilang sedikit menyusahkan, karena aku berada di dalam kandungan selama 11 bulan, karena lamanya aku berada di dalam kandungan ibuku, para koas-koas yang sedang praktek kerja lapangan di rumah sakit tersebut membuat ibuku menjadi penelitiannya, karena mereka heran kenapa kehamilan ibuku sampai selama itu.
Jam menunjukkan pukul 03.15 terdengar suara bayi yang sedang menangis, para suami yang sedang berada di luar terlihat sangat penasaran, mereka semua mengira bahwa bayi mereka lah yang lahir. Dan ternyata bayi yang lahir itu adalah aku, suster yang berada di dalam ruangan langsung keluar dan menghampiri ayahku dan memberitahukannya bahwa aku telah lahir dengan selamat dan sehat, dan jenis kelaminku adalah perempuan. Berat badan ku 2,8 kg dengan panjang 48cm.
Sangat terlihat mimik wajah ayahku yang sangat bahagia becampur haru mendengar bahwa aku telah lahir ke dunia dengan selamat. Bergegas saja ayahku masuk ke dalam ruangan untuk melihat keadaan ibuku serta diriku, dan ayahku ingin segera mungkin mengadzaniku, karena dalam islam bayi yang baru lahir ke dunia harus di adzani di telinganya. Setelah ayahku mengumandangkan adzan di telingaku maka ayah dan ibuku langsung memberi nama yang indah kepadaku, yaitu Gania Astried Chaeranny, yang mempunyai arti anak yang indah,cantik dan cerdas, begitu indah nama yang diberikan kedua orang tuaku.
Pada umur ku 1 tahun, aku sekeluarga pindah ke Bali karena ayahku di pindah tugaskan kesana, ayahku bekerja sebagai PNS di Depsos, tapi sekarang dia sudah pindah ke Pemda DKI. Ibuku terpaksa meninggalkan pekerjaannya di Jakarta karena tidak mungkin meninggalkan ayahku sendirian bekerja di Bali.
Kami bertiga mengontrak di rumah yang sangat mungil, hanya cukup untuk keluarga kecil seperti kami, tapi kami sangat bahagia dengan keadaan seperti itu.
Bulan demi bulan berganti, tidak terasa sudah 1 tahun lebih kami sekeluarga tinggal di Bali, ayahku sangat rindu terhadap ibunya yaitu nenek ku, nenek ku tinggal sendirian di rumah, tidak ada yang menemani, begitu juga ibuku, dia pun juga rindu dengan ibunya. Tapi karena pada saat itu biaya untuk pulang sangat mahal jika menggunakan pesawat terbang, jadi yang pulang ke Jakarta hanya aku dan ibuku saja, ayahku tidak ikut, dia hanya menitipkan sepucuk surat dan salam hangat untuk nenek ku saja.
Pada saat aku sampai di bandara Soekarno-Hatta, kami tidak di jemput oleh satupun sanak saudara, karena kami akan membuat kejutan untuk nenek ku di rumah, akhirnya kami menggunakan jasa taksi untuk sampai di rumah. Ternyata berhasil juga kejutan yang di buat oleh ibuku, nenek ku sangat terkejut sekali melihat diriku tiba-tiba berjalan sambil menghampiri nenek ku yang sedang menyiram tanaman, dia langsung memelukku dengan erat seperti tak ingin di pisahkan lagi.
Setelah 1 bulan aku berlibur di Jakarta, ayahku tiba-tiba datang membawa kabar baik, bahwa dia di pindahkan lagi ke Jakarta, sontak saja seluruh keluarga ku senang mendengarnya, bahwa kami tidak akan terpisah jauh dengan keluarga yang ada di Jakarta.
Pada saat aku berumur 3 tahun, aku sangat mempunyai keinginan untuk sekolah, karena aku sering sekali melihat dari kaca, banyak sekali anak-anak yang memakai seragam sekolah berjalan riang bersama teman-temannya. Karena ibuku tidak tega mendengar rengekan ku yang sangat ingin bersekolah, akhirnya ibuku memutuskan untuk memasukkan aku di TK 17 Agustus yang letaknya tidak jauh dari rumah, hanya tinggal berjalan kaki 10 menit langsung bisa sampai di sekolah. Aku langsung di masukkan dalam kategori tk a, yaitu tingkatan pertama di dalam taman kanak-kanak. Disana aku mendapatkan teman yang banyak, mungkin karena sifat ku yang terlihat dari kecil sangat mudah bergaul dengan orang, maka sampai sekarang juga aku sangat mudah untuk mendapatkan teman. Teman-teman ku serta guru-guru ku di tk sangat sering sekali memanggilku dengan sebutan si “cabe rawit”, yang berarti kecil-kecil tapi aku sangat aktif, malah bisa dibilang jika aku sangat cerewet dibandingkan teman-temanku yang lain. Itulah diriku dimasa taman kanak-kanak, sangat lincah dan mempunyai banyak teman.
Setelah 2 tahun aku bersekolah di taman kanak-kanak a dan b, maka pada saat aku berumur 5 tahun lebih ibuku menyekolahkan aku di sekolah dasar. Tapi pada saat aku ingin masuk sd, terjadi sedikit masalah karena pada saat itu sekolah dasar negri di daerah rumahku yaitu tebet, tidak menerima murid yang belum mencapai umur 6 sampai 7 tahun, padahal pada saat itu umurku baru 5 tahun lebih beberapa bulan. Alhasil karena aku sudah tidak ingin menunggu 1 tahun untuk masuk sd maka ibuku menyekolahkan aku di sekolah swasta, sekolah bekas taman kanak-kanak ku dulu, karena di sana terdapat tingkatan pendidikan dari tk sampai smp.
Aku sangat bangga sekali karena sudah menjadi murid yang sesungguhnya, memakai seragam merah putih, aku sudah merasa menjadi besar karena pada saat aku masuk di sekolah dasar, aku juga mempunyai hadiah yang tak terhingga yaitu adik baru karena ibuku pada saat itu sedang mengandung adikku yang sebentar lagi akan lahir ke dunia. Pada awalnya aku pernah merasa cemburu pada saat tahu ibuku akan mempunyai anak lagi,aku merasa akan mempunyai saingan, tapi karena ayah, ibu serta nenekku memberikan penjelasan yang sangat tepat pada saat itu, maka aku bisa berubah menjadi anak yang mandiri. Dan adiku itu bernama Gumilang Adrian Fathoni, dia lahir pada tanggal 27 desember 1994.
Selama 6 tahun aku bersekolah di sana, alhamdulillah prestasi ku pada saat sd sangat memuaskan, aku selalu mendapatkan peringkat pertama dari kelas 3 sampai dengan kelas 6 sd.
Setelah aku lulus sekolah dasar, aku masuk ke SMP Negri 73 di daerah tebet, itu termasuk smp favorit kedua di tebet setelah smp 115. Aku sangat bangga bisa masuk di dalam smp itu. Pada saat aku kelas 1, aku juga masuk ke dalam kelas unggulan, disitu terdapat banyak murid yang memiliki NEM yang tinggi, termasuk aku.
Pada saat smp aku sangat menyukai pelajaran matematika dan fisika, karena menurutku itu adala pelajaran yang cukup menarik walaupun banyak yang tidak menyukai kedua pelajaran tersebut.
Di smp aku mempunyai pengalaman yang cukup menggelikan, yaitu aku pernah bertengkar dengan 2 teman pria ku karena masalah sepele. Yang aku herankan adalah ternyata mereka kalah denganku, sampai-sampai mereka menjadi takut terhadapku dan aku di cap sebagai wanita yang galak dan menyeramkan.
Itulah sepenggal kisahku pada masa smp. Setelah aku lulus smp aku masuk ke sma yang favorit juga di daerah tebet, yaitu SMA Negri 26, dan kembali lagi aku masuk ke dalam kelas unggulan yaitu kelas X-A. Sangat banyak teman-temanku yang berasal dari smp 73 masuk ke sma 26, tak terhitung jumlahnya.
Pada saat penjurusan di sma, aku masuk ke dalam kelas IPS, sebenarnya aku masuk dalam kelas IPA tapi karena aku tidak begitu menyukai tpe-tipe guru di kelas IPA maka aku pindah ke IPS. Di sana aku mempunyai teman akrab sebanyak 8 orang, yaitu Linda, Unul, Ayu, Fika, Windy, Tamy, Ajia dan Diana. Kami berasal dari kelas yang berbeda-beda tapi kami selalu kompak. Tidak pernah ada selisih paham atau pertengkaran yang terjadi selama kami berteman.
Kata orang masa SMA adalah masa-masa yang indah, dan itu aku alami, karena pada saat sma banyak hal yang terjadi, jatuh cinta, bisa mengenal banyak karakter seseorang dan banyak hal yang bisa dilakukan pada saat sma itu.
Selama 3 tahun aku menggunakan seragam putih abu-abu, akhirnya masa itu berakhir dan aku mulai menuju masa transisi, masa kedewasaan di bangku kuliah. Aku berkuliah di universitas swasta di daerah depok yaitu Universitas Gunadarma. Sebelum aku masuk di universitas tersebut aku juga mengikuti jalur spmb untuk masuk perguruan tinggi negri, tapi mungkin karena garis tangan berkata lain maka aku masuk Gunadarma. Aku mengambil jurusan akuntansi, dan kebetulan aku juga mendapatkan beasiswa di universitas ini.
Pada saat pertama masuk kuliah, aku sangat tegang karena aku sama sekali tidak paham dunia perkuliahan seperti apa. Aku masuk kelas 1 eb03, ternyata disitu aku bertemu dengan teman smp ku dulu, aku merasa senang karena telah mempunyai 1 teman. Hari berganti hari, bulan berganti bulan ternyata aku sudah mendapatkan banyak teman, bahkan aku mempunyai teman dekat sampai 9 orang, kemana-mana kami selalu bersama-sama, bahkan kami sering dijadikan bahan ejekan karena setiap pergi kemana-mana tidak pernah terpisahkan.
Pada saat tingkat satu alhamdulillah aku selau mendapatkan IP di atas 3, sehingga aku bisa membanggakan orang tuaku yang sudah bekerja keras mencari nafkah untuk kuliah aku.
Pada saat tingkat 2, aku masuk di kelas 2 eb03, di dalam kelas itu berbeda dengan kelas pada saat tingkat 1, karena kelasnya diacak. Tapi kelas tersebut tidak akan berubah lagi sampai aku tingkat 4. Didalam kelas itu banyak sekali anak-anak yang lucu, entah dari sifat, penampilan atau lainnya. Aku sangat mencintai kelas itu sampai aku tingkat 3 sekarang. Semoga kelas ini akan tetap seperti ini sampai aku lulus.
Sabtu, 17 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar